Membuka Tirai Kegaiban

By Novyar

Kawan saya, N, mengadu dengan tawanya. Maaf, bukan dengan keluhan, tapi dengan tawa. Tapi tawa satir. Dia ingin menjadi pendakwah. Ia ingin ada di jalan syiar. Tapi kebutuhan hidupnya membawanya menjadi karyawan. Sungguh pun saya beritahu beliau bahwa siapapun bisa menjadi pendakwah tanpa hrs menjadi ustadz. Cukup dengan sering mengajak orang berbuat baik, maka sudah cukup menjadi ustadz. Misalkan, ceritakan satu dua kisah sedekah, kisah mahabbah sama orang tua, kisah qiyaamullail, dll. Manakala orang mendengarkan, maka itu sudah hidup di jalan dakwah. Contohkan dengan menjadi muslim yang baik, shalat tepat waktu, dan ajak kwn2 yang laen, yang sekantor, maka kemudian insya Allah cara ini pun udah menjadikan dirinya menjadi pendakwah. Tapi ya begitulah. Katanya ga bebas dengan sebab menjadi karyawan. Suatu saat N ini ketemu saya lagi. Dia cerita gajinya kecil sekali. Di bawah 1jt. Dia mengaku saban malam suka pulang malam. Sebab ngincer lembur. 1 jam lembur dihargai 6rb. Dia izin sama istrinya untuk pulang malam. Dia cerita, itu pun tidak bisa memenuhi tambahan susu anaknya dengan normal. Saya tanya, bgm ukuran normal? Katanya kalo normal hrsnya 400-500rb sebulan. Sedangkan dari lembur dia dpt hanya 200rb/bl. Saya kasihan bener sama N ini. Dia ini kwn saya meniti jalan dakwah di Jatim. Dari saya nol. Dari memulai dakwah. Kini di hadapan saya, ia sama dengan karyawan yang laen. Maaf kpd para karyawan.
Read More …